Selasa, 24 Juni 2014

Teknologi IT untuk Penderita Tuna Netra

Di belahan dunia yang lain, teknologi untuk tuna netra terus berinovasi. Tahun 2009 lalu sejumlah ilmuwan di Washington menemukan instrumen terbaru bernama Brainport. Perangkat ini ditempatkan pada lidah layaknya seseorang mengulum permen lolipop. Alat ini akan mengambil informasi yang dikumpulkan oleh sebuah kamera digital yang terpasang pada sepasang kacamata, kemudian kacamata tersebut mengirimkan aliran elektroda yang tertangkap oleh Brainport.

Setelah itu, kamera menyampaikan informasi mengenai penampakan obyek cahaya yang ditangkap kamera ke unit terkecil cellphone, lalu unit ini akan mengubah informasi cahaya menjadi bentuk ransangan elektrik. Cara kerja alat ini bisa dibilang menggantikan cara kerja retina pada mata.

Di Virginia, beberapa mahasiswa dari Virginia Tech menciptakan kendaraan khusus untuk tuna netra berjenis dirt buggy yang dilengkapi dengan peralatan array laser pendeteksi, sebuah interface perintah suara dan beberapa sistem lainnya yang merespon pengemudi mengenai apapun yang tampak disekilingnya.

Sebelumnya di tahun 2008, Spice Corp, salah satu perusahaan ponsel lokal di India meluncurkan Braille Phone pada acara Mobile World Congress 2008. Braille Phone merupakan ponsel yang dikembangkan dari People’s Phone khusus untuk penyandang tuna netra, sehingga tombol keypad-nya dibikin dengan huruf braille. Kabarnya ponsel itu adalah ponsel termurah di dunia dengan harga 20 USD (sekitar Rp 200.000).

Di Indonesia sendiri, salah satu institusi nonprofit yang bergerak dalam bidang pengembangan dan pendidikan tunanetra adalah Yayasan Mitra Netra. Yayasan ini menjembatani para tunanetra dengan dunia teknologi informasi. Beberapa teknologi yang telah mereka kembangkan adalah program konverter huruf Braille, kamus elektronik, buku audio, dan perpustakaan Braille online.

Untuk aplikasi Mitra Netra Braille Converter, berfungsi mengonversi file teks berformat Word ke dalam format Braille. Aplikasi ini menggunakan bahas Indonesia., sedangkan Aplikasi Mitra Netra Electronic Dictionary berbentuk CD. Kamus ini untuk diputar di talking computer yang dilengkapi dengan aplikasi screen reader.

Sebelumny, Arry Akhmad Arman, peneliti dan dosen di Fakultas Elektronika ITB telah mengembangkan aplikasi text to speech (TTS) berbasis bahasa Indonesia. Namanya IndoTTS. Akan tetapi aplikasinya masih basic yang baru bias membaca file HTML dan belum dilengkapi dengan kemapuan navigasi.

Selain itu, Mitra Netra juga mensosialisasikan digital talking book, teknologi yang juga telah dikampanyekan secara internasional. “Buku audio berbentuk CD ini kami sebut `buku bicara`,” kata Aria. Menurutnya, `buku bicara` seharusnya diputar dengan alat khusus, tapi harganya mahal, sekitar 400 USD. Untuk itu, supaya teknologi tersebut terjangkau oleh kaum tunanetra yang kebanyakan berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, Mitra Netra mengembangkannya dalam format yang bisa diputar dengan MP3 player biasa. `Buku bicara` didistribusikan ke perpustakaan-perpustakaan khusus tunanetra. Saat ini, Mitra Netra baru menjangkau perpustakaan di 25 kota di Indonesia, termasuk Makassar, Flores dan Manado.

Tahun 2008 lalu, dua mahasiswa D3 Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, bernama Debi Praharadika dan Eko Wahyu Susilo menciptakan komputer bersistem Linux yang dirancang khusus berbahasa Indonesia untuk tuna netra. Secara garis besar, katanya, cara kerja Linux Tunanetra yakni mengomunikasikan hasil ketikan keyboard ke dalam format suara. Karya mereka itu dilindungi Genuine Public License (GPL), jadi program mereka itu dapat diakses secara gratis oleh masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar