Rabu, 25 Juni 2014

Cerita Mekanika Kuantum


Turun di jalan, saya jalan buru-buru ke kampus soalnya saya pikir saya sudah terlambat. Wah, hari itu photon-photon yang menabrak tubuh saya banyak sekali, sampai-sampai saya merasa kepanasan dan berkeringat.

Takut terlambat, saya memperkecil panjang gelombang(lamda) saya menjadi 6.7e-36 meter, biasanya panjang gelombang saya cuman 1 e-35 aja. Akibatnya energi kinetik(Ek) saya bertambah sebesar 2,3 e+19 eV. Saya pikir dengan lamda segini saya bisa sampai dan tidak terlambat.

Karena panjang gelombang saya pendek, jadi saya jalannya agak nunduk, trus pake topi lagi. Saya tidak sadar,tiba-tiba di depan saya ada tiang rambu dilarang parkir. Dalam interaksi antara kepala saya dengan tiang, berdasarkan pers Schrodinger saya punya peluang untuk menembus tiang sebesar (1 e-158) % dan peluang kepala saya mental sebesar (99.99…)% . Observasi menunjukan saya berada dalam keadaan kepala mental n nyut-nyutan(Apes deh saya). Kayanya memang susah untuk bisa menembus tiang karena peluangnya sangat kecil sekali, hampir tidak mungkin, cuman 1 e-158 %, ibaratnya dari nabrak tiang sampai 1e+158 kali bisa satu kali menembus tiang . Untung tidak ada yang lihat, malu juga kalo ada yang lihat, hehehe.

Terus ketemu mobil, yang peluang dia berada di belokan 99,999%. Namun sebenarnya, berdasarkan ketidakpastian Hesienberg, saya tidak bisa tahu pasti apakah dia benar-benar berada di belokan apa tidak. Terpaksa saya mengalah, mobil belok dulu baru saya lewat. Soalnya saya takut terhambur dan berinteraksi sebagai partikel dengan mobil yang panjang gelombangnya 100 kali lebih kecil. Saat peluang berada di belokan sangat kecil baru saya bisa menyebrang.

Pas sampai kampus, teman saya ada yang kasih tau kalau tidak ada kuliah soalnya dosennya tidak masuk. Wah, Saya ngomong “sial sial sial” dan timbul perasaan kesal yang tidak tau saya cara menjelaskannya dengan mekanika quantum, tau begini saya tidak usah ngurangin panjang gelombang saya tadi.

0 komentar:

Posting Komentar